-->

Thursday, December 25, 2008

DUA BAYI DALAM SEBUAH PALUNGAN


Dalam 1994, 2 orang Amerika menerima sebuah undangan Departemen Pendidikan Rusia untuk mengajar Moral dan Etika (berdasarkan prinsip- prinsip Alkitab) di sekolah-sekolah umum. Mereka diundang mengajar di penjara-penjara, kantor-kantor, departemen kepolisian dan pemadam kebakaran dan di sebuah tempat yatim piatu yang besar. Ada sekitar 100 penghuninya -- anak laki-laki dan perempuan, yang diterlantarkan, ditinggalkan dan sekarang dirawat dalam program pemerintah.

Beginilah kisah yang diungkapkan dengan kata-kata mereka sendiri:

Waktu itu mendekati musim libur, 1994, saatnya anak-anak yatim piatu untuk pertama kalinya mendengar kisah tradisional Natal. Kami bercerita tentang Maria dan Jusuf ketika sampai di Bethlehem. Karena tidak mendapatkan penginapan mereka lalu pergi ke sebuah kandang binatang, dimana bayi Yesus lahir dan diletakkan dalam sebuah palungan.

Sepanjang kisah itu, anak-anak maupun staf rumah yatim itu begitu diam, terpaku, terpukau dan takjub mendengarkan. Beberapa anak bahkan duduk di tepi depan kursi seakan agar bisa lebih menangkap tiap kata.

Selesai berkisah, semua anak diberi tiga potong kertas karton untuk membuat palungan. Tiap anak kami beri sehelai kertas persegi, sobekan dari gulungan kertas kuning yang kami bawa. Di kota itu tidak ada kertas berwarna. Sesuai instruksi, anak-anak itu menyobek kertasnya, dengan hati-hati lalu menyusun sobekan pita-pita ibarat jerami kuning di palungan. Potongan-potongan kecil kain flanel, digunting dari gaun- malam bekas seorang ibu Amerika saat meninggalkan Rusia untuk dipakai sebagai selimut kecil bayi itu. Bayi mirip bonekapun digunting dari lembaran felt yang kami bawa dari Amerika.

Mereka semua sibuk menyusun palungan masing-masing saat aku lewat diantaranya, ingin tahu kalau-kalau ada yang membutuh bantuan. Semuanya lancar, beres-beres saja sampai saat aku tiba di meja si kecil, Misha (seorang anak laki-laki). Kelihatannya ia berumur sekitar 6 tahun dan sudah menyelesaikan proyeknya.

Saat kulihat palungan bocah kecil ini, kaget dan heran sekali kok bukannya satu, melainkan ada dua bayi di dalamnya. Cepat-cepat kupanggil penterjemah agar menanyai anak kecil ini kenapa ada dua bayi. Dengan melipat kedua tangannya, sambil melihat karyanya itu, anak ini mulai mengulang kisah Natal itu dengan amat serius.

Untuk usia anak kecil ini, yang baru sekali mendengar kisah Natal, ia meletakkan semua kejadian-kejadian demikian cermat dan telitinya, sampai pada bagian kisah dimana Maria meletakkan bayi itu kedalam palungan. Mulailah si Misha ini bergaya. Ia membuat sendiri penutup akhir kisah ini dan bercerita,

"Dan saat Maria menaruh bayi itu di palungan, Yesus lalu melihat aku dan bertanya apa aku punya tempat tinggal?. Aku bilang aku tak punya mama dan aku tak punya papa, jadi aku tak punya tempat untuk tinggal. Lalu Yesus bilang aku sih boleh tinggal sama dia. Tapi aku bilang tidak bisa, sebab aku kan tidak punya apa-apa yang bisa kuberikan sebagai hadiah seperti orang-orang dalam kisah itu. Tapi aku begitu ingin tinggal bersamanya, jadi aku mikir-mikir, apa yah yang aku punya yang bisa dijadikan hadiah. Aku pikir barangkali kalau aku bantu menghangatkan dia, itu pasti jadi hadiah yang bagus."

"Jadi aku bertanya pada Yesus,'Kalau aku menghangatkanmu, cukup tidak itu sebagai kado'"

Dan Yesus menjawab, "Kalau kamu menjaga dan menghangatkan aku, itu bakal menjadi hadiah terbaik yang pernah diberikan kepadaku."

"Jadi begitu, terus aku masuk dalam palungan itu, lantas Yesus melihatku dan bilang aku boleh kok tinggal bersamanya - untuk selamanya."

Saat si kecil Misha berhenti bercerita, matanya meluber penuh air mata, berlinang-linang jatuh membasahi pipinya yang kecil mungil.
Wajahnya ia tutupi dengan tangannya, kepalanya ia jatuhkan ke meja dan seluruh tubuh serta pundaknya begitu bergemetar saat ia menangis dan menangis. Yatim piatu yang kecil ini telah menemukan seseorang yang tak pernah akan melupakan dan meninggalkannya, seseorang yang akan tinggal dan menemaninya untuk selamanya.



Read More..

INJIL MENURUT TOKO SERBA ADA

Ada kisah tentang kebaikan dan kasih yang tercecer dari antara perayaan-perayaan Natal, semacam kisah Orang Samaria yang Baik Hati. Kisah tentang kasih yang indah ini sayangnya tidak terjadi di gereja, tetapi di sebuah toko serba ada (Dept. Store) di Amerika Serikat.

Pada suatu hari seorang pengemis wanita, yang dikenal dengan sebutan "Bag Lady" (karena segala harta-bendanya termuat dalam sebuah tas yang ia jinjing kemana-mana sambil mengemis), memasuki sebuah Dept. Store yang mewah sekali. Hari-hari itu adalah menjelang hari Natal. Toko itu dihias dengan indah sekali. Semua lantainya dilapisi karpet yang baru dan indah. Meskipun bajunya kotor dan penuh lubang, pengemis ini tanpa ragu-ragu memasuki toko ini. Badannya mungkin sudah tidak mandi berminggu-minggu. Bau badan menyengat hidung.

Ketika itu, ada seorang hamba Tuhan mengikutinya dari belakang. Ia berjaga-jaga, kalau petugas sekuriti toko itu mengusir pengemis ini, sang hamba Tuhan mungkin dapat membela atau membantunya. Wah, tentu pemilik atau pengurus toko mewah ini tidak ingin ada pengemis kotor dan bau mengganggu para pelanggan terhormat yang ada di toko itu. Begitu pikir sang hamba Tuhan.

Tetapi pengemis ini dapat terus masuk ke bagian-bagian dalam toko itu. Tak ada petugas keamanan yang mencegat dan mengusirnya. Aneh ya, padahal, para pelanggan lain berlalu lalang di situ dengan setelan jas atau gaun yang mewah dan mahal. Di tengah toko itu ada piano besar (grand piano) yang dimainkan seorang pianis dengan jas tuksedo, mengiringi para penyanyi yang menyanyikan lagu-lagu Natal dengan gaun yang indah. Pengemis itu kelihatan sangat tidak cocok dengan suasana di toko itu. Ia nampak seperti makhluk aneh di lingkungan yang gemerlapan itu, tetapi sang'Bag Lad' jalan terus. Sang hamba Tuhan itu juga mengikuti terus dari jarak tertentu.

Rupanya pengemis itu mencari sesuatu di bagian gaun wanita. Ia mendatangi counter paling eksklusif yang memajang gaun-gaun mahal ber-merek (branded items) dengan harga diatas 00 untuk satu gaun. Kalau dikonversi dengan kurs akhir-akhir ini, harganya dalam rupiah pasti lebih dari Rp. 20 juta untuk satu gaun.

Baju-baju yang mahal dan mewah! Apa yang dikerjakan pengemis ini?
Sang pelayan bertanya, "Apa yang dapat saya bantu bagi anda?" "Saya ingin mencoba gaun merah muda itu!"

Kalau anda ada di posisi sang pelayan itu, bagaimana respons anda? Wah, kalau pengemis ini mencobanya tentu gaun-gaun mahal itu akan jadi kotor dan bau, dan pelanggan lain yang melihat mungkin akan jijik membeli baju-baju ini setelah dia pakai. Apalagi bau badan orang ini begitu menyengat, tentu akan merusak gaun-gaun itu.

Tetapi mari kita dengarkan apa jawaban sang pelayan toko mewah itu.
"Berapa ukuran yang anda perlukan?" "Tidak tahu!" "Baiklah, mari saya ukur dulu."

Pelayan itu mengambil pita meteran, mendekati pengemis itu, mengukur bahu, pinggang, dan panjang badannya. Bau menusuk hidung terhirup ketika ia berdekatan dengan pengemis ini. Ia cuek saja. Ia layani pengemis ini seperti satu-satunya pelanggan terhormat yang mengunjungi counternya.

"OK, saya sudah dapatkan nomor yang pas untuk nyonya! Cobalah yang ini!" Ia memberikan gaun itu untuk dicoba di kamar pas.

"Ah, yang ini kurang cocok untuk saya. Apakah saya boleh mencoba yang lain?" "Oh, tentu!" Pelayan ini menghabiskan waktu kurang lebih dua jam lamanya untuk melayani sang "Bag Lady".

Apakah pengemis ini akhirnya membeli salah satu gaun yang dicobanya? Tentu saja tidak! Gaun seharga puluhan juta rupiah itu jauh dari jangkauan kemampuan keuangannya. Pengemis itu kemudian berlalu begitu saja, tetapi dengan kepala tegak karena ia telah diperlakukan sebagai layaknya seorang manusia. Biasanya ia dipandang sebelah mata. Tapi hari itu, ada seorang pelayan toko yang melayaninya, menganggapnya seperti orang penting, dan yang mau mendengarkan permintaannya.

Tetapi mengapa pelayan toko itu mau repot-repot melayaninya? Bukankah kedatangan pengemis itu membuang-buang waktu dan memakan biaya bagi toko itu karena harus mengirim gaun-gaun yang sudah dicoba itu ke Laundry agar dicuci bersih supaya kembali tampak indah dan tidak bau. Pertanyaan ini juga mengganggu sang hamba Tuhan yang memperhatikan apa yang terjadi di counter itu.

Kemudian hamba Tuhan ini bertanya kepada pelayan toko itu setelah ia selesai melayani tamu "istimewa"-nya. "Mengapa anda membiarkan pengemis itu mencoba gaun-gaun indah ini?" "Oh, sudah menjadi tugas saya untuk melayani dan berlaku ramah."

"Tetapi, anda'kan tahu bahwa pengemis itu tidak mungkin sanggup membeli gaun-gaun mahal ini?"

"Maaf, soal itu bukan urusan saya. Saya tidak dalam posisi untuk menilai atau menghakimi para pelanggan saya. Tugas saya adalah untuk melayani dan berbuat baik."

Hamba Tuhan ini tersentak kaget. Di jaman yang penuh keduniawian ini ternyata masih ada orang-orang yang tugasnya adalah melayani dan berbuat baik, tanpa perlu menghakimi orang lain. Hamba Tuhan ini akhirnya memutuskan untuk membawakan khotbah pada Hari Minggu berikutnya dengan thema "Injil Menurut Toko Serba Ada". Khotbah ini menyentuh banyak orang, dan kemudian diberitakan di halaman-halaman surat kabar di kota itu. Berita itu menggugah banyak orang sehingga mereka juga ingin dilayani di toko yang eksklusif itu.

Pengemis wanita itu tidak membeli apa-apa, tidak memberi keuntungan apa-apa. Namun akibat perlakuan istimewa toko itu kepadanya, hasil penjualan toko itu meningkat drastis, sehingga pada bulan itu keuntungan naik 48 %.



Read More..

Pasangan dari Tuhan

Bertahun-tahun yang lalu, Aku berdoa kepada Tuhan untuk memberikan pasangan hidup, "Engkau tidak memiliki pasangan karena engkau tidak memintanya", Tuhan menjawab.
Tidak hanya Aku meminta kepada Tuhan, Aku menjelaskan kriteria pasangan yang kuinginkan. Aku menginginkan pasangan yang baik hati, lembut, mudah mengampuni, hangat, jujur, penuh dengan damai dan sukacita, murah hati, penuh pengertian, pintar, humoris Aku bahkan memberikan kriteria pasangan tersebut secara fisik yang selama ini kuimpikan.
Sejalan dengan berlalunya waktu, Aku menambahkan daftar kriteria yang kuinginkan dalam pasanganku. Suatu malam, dalam doa, Tuhan berkata dalam hatiku," Hamba-Ku, Aku tidak dapat memberikan apa yang engkau inginkan."
Aku bertanya, "Mengapa Tuhan?" dan Ia menjawab, "Karena Aku adalah Tuhan dan Aku adalah Adil. Aku adalah Kebenaran dan segala yang Aku lakukan adalah benar."
Aku bertanya lagi, "Tuhan, aku tidak mengerti mengapa aku tidak dapat memperoleh apa yang aku pinta dari-Mu?"
Jawab Tuhan, "Aku akan menjelaskannya kepada-Mu. Adalah suatu ketidak adilan dan ketidak benaran bagi-Ku untuk memenuhi keinginanmu karena Aku tidak dapat memberikan sesuatu yang bukan seperti engkau. Tidaklah adil bagi-Ku untuk memberikan seseorang yang penuh dengan cinta dan kasih kepadamu jika terkadang engkau masih kasar, atau memberikan seseorang yang pemurah tetapi engkau masih kejam, atau seseorang yang mudah mengampuni; tetapi engkau sendiri masih suka menyimpan dendam, seseorang yang sensitif, namun engkau sendiri tidak..."
Kemudian Ia berkata kepadaku, "Adalah lebih baik jika Aku memberikan kepadamu seseorang yang Aku tahu dapat menumbuhkan segala kualitas yang engkau cari selama ini daripada membuat engkau membuang waktu mencari seseorang yang sudah mempunyai semuanya itu. Pasanganmu akan akan berasal dari tulangmu dan dagingmu, dan engkau akan melihat dirimu sendiri di dalam dirinya dan kalian berdua akan menjadi satu. Pernikahan adalah seperti sekolah, suatu pendidikan jangka panjang.
Pernikahan adalah tempat dimana engkau dan pasanganmu akan saling menyesuaikan diri dan tidak hanya bertujuan untuk menyenangkan hati satu sama lain, tetapi untuk menjadikan kalian manusia yang lebih baik, dan membuat suatu kerjasama yang solid.
Aku tidak memberikan pasangan yang sempurna karena engkau tidak sempurna. Aku memberikanmu seseorang yang dapat bertumbuh bersamamu."
Ini untuk: yang baru saja menikah, yang sudah menikah, yang akan menikah, dan yang sedang mencari

Read More..